Sempat Menjadi Pedagang Kain, Kini Bersinar Sebagai Artis
Semenjak penampilannya yang memukau dalam film Quickie Express, gadis keturunan tionghoa ini seketika langsung menyedot banyak perhatian publik. Selain itu, kehadirannya di jagad hiburan sebagai pendatang baru yang cukup memukau, membuat Sandra Dewi menjadi kelimpahan tawaran job, mulai dari sinetron sampai menjadi bintang iklan beberapa produk terkemuka. Kini hampir setiap hari, wajah cantiknya tidak pernah absen menghiasi layar kaca, dan sampul majalah. Lantas, bagaimana jatuh bangun Sandra Dewi dalam mewujudkan karirnya sebagai entertainer di Jakarta?
Pemilik nama lengkap Monica Nicole Sandra Dewi Gunawan Basri, atau yang kerap disapa dengan Sandra Dewi ini, merupakan sulung dari tiga bersaudara yang lahir di Pangkal Pinang, Bangka Belitung pada 24 tahun yang lalu. Sandra sendiri merupakan anak dari pasangan Gunawan Basri dan Chatarina Erliani. Semenjak kecil hingga masuk pada masa remaja, Sandra memang menghabiskan waktunya di tempat kelahirannya yaitu di Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Bersama kedua adiknya, Kartika Dewi dan Raymond, Sandra hidup dengan penuh belaian kasih sayang dan perhatian yang cukup dari kedua orang tuanya. Memasuki usia lima tahun, Sandra bersekolah di TK St. Theresa I. Hingga SMP, Sandra bersekolah di tempat yang sama. Kemudian menjelang masa SMU, Sandra masuk ke SMUK St. Yoseph.
Berdagang. Bicara soal kemandirian memang bukanlah satu hal yang baru dialami oleh Sandra. Kemandiriran Sandra mulai terlihat ketika ia masih duduk di kelas tiga SD. Di mana kala itu demi mendapatkan penghasilan tambahan, Sandra mulai memberanikan diri untuk berdagang. Sebut saja seperti berdagang pakaian perempuan, kue-kue, kertas kado, dan peralatan atau keperluan anak perempuan yang lain di masanya kala itu. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mendapatkan penghasilan tambahan, guna menambah uang jajan sekolahnya. ”Orang tuaku memang memberikan aku uang jajan, tapi entah mengapa dulu itu aku selalu berpikir bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang jajan tambahan, tanpa harus menambah beban orang tua,” tutur Sandra. Beruntung, Sandra merupakan tipe gadis yang mau mengerjakan apa saja sepanjang pekerjaan tersebut halal. Selain itu, ia juga tidak merasa malu bila sedang berjualan. Kegiatan semacam ini terus dijalaninya sampai Sandra lulus dari SMU. “Pokoknya aku punya prinsip selagi aku mampu kerjakan sendiri, maka aku tidak akan pernah mau merepotkan papa dan mamaku,” ujarnya.
Kedua orang tua Sandra sendiri dapat dikatakan termasuk orang yang cukup mampu untuk membiayai kehidupan Sandra dan adik-adiknya secara menyeluruh. Gunawan Basri, ayahnya bekerja sebagai wiraswasta di bidang perkayuan, sementara ibunya Chatarina Erliani bekerja sebagai instruktur senam. Sikap sandra yang selalu hidup mandiri sedikit banyak terbentuk atas didikan kedua orang tuanya yang selalu menerapkan sistem kedisiplinan yang dimulai dari dalam rumah. “Papa sama mamaku itu selalu mengajarkan, kalau kita mau berhasil di luar, semuanya itu terlebih dahulu harus dimulai disiplin dari dalam rumah,” tuturnya.
Kendati disibukkan dengan berbagai kegiatan kemandirian di luar rumah, Sandra tidak pernah sedikit pun melupakan tugasnya sebagai anak untuk belajar demi meraih cita-cita dan masa depan. Hal ini dapat dibuktikannya dengan prestasi yang selalu dicetak Sandra ketika bersekolah. Bahkan terhitung dari mulai TK hingga SMU, Sandra mengaku bahwa prestasinya tidak pernah bergeser dari posisi dua besar di dalam kelas.
Merantau ke Jakarta. Setamatnya dari SMU sekitar tahun 2001, sandra memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya ke Jakarta. Kala itu, kedua orang tuanya memang agak keberatan dengan keputusan yang diambil Sandra untuk hijrah ke jakarta, karena mengingat sepanjang hidupnya ia tidak pernah jauh dari kedua orang tuanya. Kekhawatiran pun semakin bertambah ketika mereka mengetahui bahwa Jakarta dikenal sebagai kota yang sangat keras dan penuh dengan kompetisi. Apalagi untuk ukuran seorang anak perempuan seperti Sandra yang polos dan lugu, dan sama sekali belum pernah mengenal ibukota Jakarta. Semuanya itu bisa menjadi hal yang sangat berat untuk bisa dilaluinya.
Namun kekhawatiran kedua orang tua Sandra tidak terlalu dihiraukannya, malah dengan penuh rasa percaya diri, Sandra meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dirinya akan baik-baik saja hidup di Jakarta.”Pokoknya Papa dan Mama tenang saja, aku bisa menjaga diriku baik-baik,” kata Sandra meyakinkan kedua orang tuanya kala itu. Boleh dibilang hijrahnya Sandra ke Jakarta merupakan satu titik permulaan dari peraduan nasib yang hendak dihadapi Sandra di Jakarta. Dengan satu tujuan kalau dirinya tidak mau mengalami nasib yang sama dengan kebanyakan temannya di Bangka, yakni sehabis kuliah lalu menikah dan mempunyai keturunan. Penilaian seperti itulah yang ingin diubah dalam pribadi Sandra. “Bagiku hidup seperti rasanya standar sekali, tetapi aku punya keinginan selagi masih muda aku mau terus berkarya dan biarlah hidupku dipenuhi dengan berbagai pengalaman hidup, karena kaya akan pengalaman hidup itu, rasanya tidak bisa digantikan dengan apapun,” papar pemeran Indah dalam sinetron Cinta Indah ini.
Benar saja, hanya dengan bermodalkan sikapnya yang polos, akhirnya Sandra meneguhkan hati dan menapakkan kakinya di Jakarta. Ketika kali pertama singgah di Jakarta, Sandra pun tinggal di rumah pamannya di kawasan Jelambar, Jakarta Barat. Meski tinggal di rumah pamannya tetapi tetap saja membuat Sandra tidak bisa seenaknya, ada batasan-batasan yang harus dilakukan dan dikerjakannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. Sandra pun tetap sadar dan tahu diri. Ajaran kedisiplinan yang diterapkan kedua orang tuanya, ternyata sangat bermanfaat ketika Sandra berada di Jakarta dimana Sandra tidak menjadi pribadi yang cengeng.
Korban Penjambretan. Datang ke Jakarta, Sandra berkuliah di London School of Public Relation (LSPR), mengambil jurusan Public Relation. Benar saja ketika menghadapi atmosfir kota Jakarta, sesaat Sandra mengalami suatu phobia kepada orang yang baru saja dijumpainya. Hal ini tentu saja berefek buruk atas diri Sandra. Ketika rasa takut itu terus menghantuinya, membuat Sandra menjadi santapan para pelaku tindak kejahatan. Bagaimana tidak, dengan paras cantik dan kulit bersih yang dimilikinya, tentunya membuat Sandra menjadi sasaran empuk penjambretan.
“Dulu itu seingatku, aku adalah orang yang paling sering menjadi korban penjambretan,” ujar Sandra. “Saking takutnya, aku sering menjadi bahan tertawaan ke kampus karena setiap datang ke kampus dandananku selalu lecek dan berkeringat seperti orang yang tidak mandi,” lanjutnya. Karena sering menjadi korban penjambretan, membuat Sandra tak tahan untuk terus bisa tinggal di Jakarta. Maka sebagai solusinya Sandra pun mencurahkan keluhannya pada ayahnya di Bangka, dengan tujuan ia bisa mendapatkan solusi yang lebih baik lagi. Namun apa daya ternyata keluhan Sandra tersebut malah ditanggapi dengan teguran keras dari papanya. “Papa bilang juga apa, kamu tidak akan kuat tinggal di Jakarta, sudah kalau begitu keadaannya, lebih baik kamu balik ke Bangka lagi,” ujar Sandra sembari menirukan ucapan ayahnya kala itu.
Merasa mendapatkan teguran yang dianggapnya keras, membuat Sandra menghapuskan air matanya dan menguatkan hatinya untuk tetap pada tujuan semula, menjadi yang terbaik tinggal di Jakarta, demi cita-cita dan masa depan. Malah kejadian itu membuat Sandra semakin yakin bahwa suatu saat ia akan membuktikan pada kedua orang tuanya, ia mampu berkompetisi di Jakarta. Setelah itu, kuliah pun dijalaninya dengan penuh keseriusan, karena Sandra selalu kembali pada niatan awal, ke Jakarta hanyalah untuk menuntut ilmu, tidak lebih daripada itu. Niat tersebut tentunya membuat Sandra mendapatkan nilai semester yang sangat baik. Bahkan hingga kelulusannya pun, Sandra menjadi salah satu siswa yang lulus dengan mendapatkan IPK 3.89, dengan kategori cumlaude.
Menjadi Duta Pariwisata. Namun di tengah kesibukannya menjalani kuliah, Sandra acapkali kehabisan uang. “Maklumlah namanya juga jauh dari orang tua, jadinya suka kebablasan,” tandasnya. Karena merasa tak enak hati lantaran sering menelepon untuk meminta uang. Maka Sandra pun mencoba peruntungannya dengan mengikuti pemilihan duta pariwisata Jakarta Barat. Hingga akhirnya dengan modal kecantikan yang dimilikinya, ditambah lagi dengan kecerdasaannya, maka Sandra pun terpilih sebagai duta pariwisata Jakarta Barat. Kala itu, ia bertugas bersama suku dinas Jakarta Barat, mempromosikan pariwisata yang ada di Jakarta Barat. “Lumayanlah honornya bisa digunakan untuk bertahan hidup,” ulasnya seraya tersenyum.
Dinobatkannya Sandra sebagai duta pariwisata Jakarta Barat, berbuntut banyaknya aktivitas sebagai duta yang wajib dijalaninya hampir setiap hari. Sadar akan jadwalnya berubah oleh karena kesibukan, maka akhirnya Sandra memutuskan lebih memilih kuliah sebagai prioritas utama. “Kalau dilihat dari segi materi memang sangat lumayan tapi dari awal aku berpikir sebelum kuliah aku rampung, aku nggak mau terlena dengan asyik mencari uang. Aku juga tidak mau mengecewakan papa dan mamaku,” ucap Sandra.
Lepas dari jabatannya sebagai duta pariwisata Jakarta Barat, Sandra memang kembali menjalankan kuliahnya dengan normal. Tetapi karena memang rasa keingintahuannya yang teramat mendalam apalagi ditambah dengan kemolekan wajah yang dimilikinya, jadilah Sandra kembali mencoba peruntungan dengan mengikuti satu kontes kecantikan yang diselenggarakan oleh sebuah majalah perempuan terkemuka di Jakarta. Padahal status Sandra saat itu sudah bekerja sebagai PR promotion di sebuah advertising agency bernama d’fortune. Aura kecantikannya ternyata mengundang perhatian Nia Dinata, salah satu sutradara yang cukup diperhitungkan, yang kala itu bertindak selaku dewan juri. Maka lewat kemenangannya, Sandra bertemu dengan Nia Dinata. Ternyata Nia Dinata sendiri merupakan orang yang diidolakan Sandra. Diam-diam ia menyimpan keinginan untuk bisa bermain dalam film garapan Nia Dinata. Sadar akan kapasitasnya, Sandra pun mengubur angan-angannya tersebut.
Sandra sangat bersyukur karena sejak kecil selalu diajarkan soal kasih sayang Tuhan. “Bagiku Tuhan Yesus itu baik, Dia sudah seperti orang tua aku sendiri yang selalu menyayangi, melindungi, dan memelihara aku,” tutur Sandra. “Jadi, itu sebabnya aku juga harus sayang sama Tuhan Yesus. Burung di udara saja Tuhan pelihara dan kasih makan, apalagi kita ini anak-anaknya yang diciptakan serupa degan gambaran Allah. Sebab secara tubuh rohani kita ini anak-anak-Nya Tuhan Yesus,” lanjut Sandra yang selalu mengingat ajaran ibunya. Ketaatannya kepada Tuhan ditunjukkan dengan memantapkan iman, bahwa semua yang terbaik hanya ada pada-Nya. Itu sebabnya Sandra selalu belajar untuk mengucap syukur atas hidup yang diterimanya.
“Mama selalu ingatkan aku, apapun yang aku butuhkan mintalah itu dalam doa dengan hati yang hancur dan penuh kesungguhan. Maka jikalau waktunya tiba semuanya itu pasti akan diberikan. Jangan pernah sekalipun berharap pada manusia, karena manusia bisa saja mengecewakan tetapi Tuhan Allah kita tidak akan pernah mengecewakan setiap umat-Nya, yang berharap penuh dengan-Nya,” urai Sandra yang begitu mengagumi ajaran ibunya tersebut. Selain itu ibunya juga kerapkali mengajarkan kepada Sandra, agar jangan pernah berubah sedikitpun. Kalau sedang berada di atas, tetap rendah hati dan jangan pernah sombong. Karena kesombongan merupakan awal dari kehancuran. Tak heran kesuksesannya saat ini, membuat Sandra tak jemu-jemu untuk memberikan yang terbaik buat keluarganya. Kelimpahan materi yang didapatkannya tidak membuat Sandra menjadi lupa diri akan kewajiban perihal hukum perpuluhan, seperti yang tertulis dalam kitab Maleakhi 3:10. “Soal persepuluhan itu wajib hukumnya. Sisanya kan masih ada 90 persen. Untuk kita kelola dengan baik,” tegas Sandra sembari menutup pembicaraan. Gilbert
Selalu Memulai Setiap Kegiatannya dengan Membaca Doa Novena
Satu hal yang tidak pernah disangka dalam diri Sandra, dan mungkin inilah buah dari penantian panjang atas jawaban pergumulannya dalam doa. Perihal keinginannya untuk bisa menjadi pemain film, dan doa-doa novena pun terus dipanjatkannya sepanjang hari. “Aku hanya takjub melihat cara Tuhan yang ajaib. Dari situ aku belajar, kalau hal itu baik untuk aku tentunya pasti Tuhan akan kasih,” kenangnya akan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Ketakjubannya akan Tuhan masih terus berlanjut. Ketika mengikuti kasting untuk film berjudul Quickie Express, Sandra melihat para pesaingnya bukan dari pemain sembarangan, tetapi para aktor dan aktris pemenang piala Citra dan sederet penghargaan lainnya. Rasa takut langsung dirasakannya. Namun ia tak lantas menyerah untuk berusaha menampilkan yang terbaik. Kedua hal itulah yang terpola dalam pikiran Sandra kala itu. Karena baginya tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah ada di depan mata. Di ruang tunggu kasting, Sandra terus memuja dan memuliakan nama Tuhan dengan doa-doa.
Sepanjang penantiannya untuk di-casting, sebagai umat yang taat dan percaya Tuhan, Sandra hanya bisa berserah diri dalam doa. Keyakinannya terbukti, ketika Sandra kembali berpikir kalau segala yang terbaik menurut Tuhan pastinya akan diberikan Tuhan. “Dalam penantianku yang penuh dengan detak jantung, atas permintaanku selama ini, akhirnya dijawab juga oleh Tuhan, dan membuat aku sangat bersyukur dan seakan tidak percaya, kalau aku bisa menjadi seperti ini,” tuturnya dengan penuh haru. Baginya apa yang dipercayakan Tuhan lewat sinetron, iklan, dan film merupakan buah dari ketaatan dan kesetiaannya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat. Gilbert
1 komentar:
Makasih ya Jasa Pembuatan Website Toko Online serta Cara Promosi Online Shop dan Cara Promosi di Instagram dan Cara Promosi Produk juga Cara Berjualan Online dan Cara Berdagang Online serta
Grosir Jilbab Murah serta Jilbab Instan Terbaru dan Jilbab Segi Empat Terbaru
Jasa Pembuatan Web Murah Berkualitas
Posting Komentar