”Tuhan menyelamatkan saya dari bom Kuningan”
Siapa pun takkan bisa menyangka kapan datangnya musibah. Seperti juga peristiwa yang pernah menghampiri kehidupan Adrie Subono. Masih untung, Tuhan menyelamatkannya dari dasyatnya ledakan bom JW Marriot, Kuningan, tiga tahun lalu. Bagaimana Adrie Subono yang dikenal sebagai promotor handal ini bisa lolos dari tragedi ledakan bom tersebut?
Selasa (22/01) pagi, hujan deras mengguyur sebagian besar Jakarta. Akibatnya, banyak kegiatan terpaksa tertunda. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengendara sepeda motor yang berhenti untuk sekadar mencari tempat berteduh sambil menunggu hujan reda. Kendati hujan turun sangat deras, pukul 09.30 WIB, Adrie Subono si empunya Java Musikindo sudah tiba di kantornya.
Maklum, saat ini ia sedang sibuk mempersiapkan dua rangkaian konser yang akan digelar dalam waktu yang berdekatan. Yakni konser grup band asal Amerika Hoobastank dan band asal Inggris, Muse. Meski sangat sibuk, Adrie masih meluangkan waktunya untuk menerima Realita di kantornya.
Sambil duduk di atas sofa berwarna cokelat gelap, pria yang sering mendatangkan artis manca negara ini menceritakan kisah tragis yang hampir saja merengut nyawanya. Tragedi bom Kuningan di Hotel JW Marriot, Agustus 2003 lalu.
Seperti biasanya, Selasa (5/8/2003) siang, Adrie datang ke kantornya di lantai dua Plaza Mutiara, kawasan Sentral Segitiga Emas, Kuningan, Jakarta Selatan. Saat itu kondisi fisiknya kurang sehat karena sedang menderita asam urat. Ketika melangkahkan kaki keluar dari rumahnya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, tak sedikit pun firasat bahwa hari itu ia akan mengalami musibah dasyat.
Setelah beberapa jam berada di kantor, tiba-tiba bom meledak di Hotel JW Marriot. Siang itu merupakan hari paling menakutkan sepanjang perjalanan hidup Adrie. Bom yang mengguncang Hotel JW Marriott merupakan ledakan bom kelima di Jakarta dalam tahun 2003. Saat itu waktu menunjukkan pukul 12.40 WIB. Tiba-tiba suara menggelegar terdengar disertai dengan guncangan keras membuat orang-orang di dalam hotel itu kaget, shock dan berlarian keluar. Lampu di Restaurant Syailendra berjatuhan, dinding kaca rontok. Di ujung jalan dekat Plaza Mutiara yang bersebelahan dengan Hotel JW Marriott, tampak berderet taksi yang menunggu penumpang. Sehingga menyebabkan banyak korban mengalami cedera berat dan ringan.
Bukan hanya itu, kaca-kaca di Menara Rajawali yang bersebelahan dengan hotel itu tampak pecah meski tak separah Hotel JW Marriott dan Plaza Mutiara. Di sekitar gedung itu juga banyak terdapat sejumlah kantor kedutaan asing. Seperti Peru, Denmark, Swedia, Norwegia, dan Finlandia. Akibatnya, banyak pegawai kedutaan yang trauma dan minta pulang ke tanah airnya.
Getaran yang sangat keras tersebut juga membuat kaca-kaca kamar di hotel itu hancur berantakan. Hal serupa juga terjadi di Kantor Java Musikindo yang terletak di lantai dua Plaza Mutiara. Adrie Subono, sang pemilik Java Musikindo yang biasanya berada di kantornya, ternyata lolos dari maut. Karena saat ledakan terjadi, dia sedang ke kamar kecil.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya, kalau saat itu ia akan melewati kejadian yang mengenaskan. Namun Tuhan masih menyayanginya Adrie, sehingga ia masih diselamatkan dari musibah merenggut puluhan nyawa itu. Padahal, siang itu tepatnya sekitar jam 12.40 WIB, seperti biasa Adrie selalu ke Restaurant Syailendra di Hotel JW Marriot untuk makan siang. Restaurant ini memang selalu ramai saat makan siang. Baik dari kalangan eksekutif maupun ekspatriat. Karena selain menyajikan aneka hidangan internasional, restaurant itu juga menyajikan menu lokal.
Namun hari itu, entah mengapa Adrie tak keluar untuk makan siang. Hari itu ia habiskan hanya untuk bolak-balik ke kamar kecil. Pasalnya Adrie sedang dianjurkan dokter untuk banyak minum air putih untuk mengurangi penyakit asam urat yang dideritanya. Apalagi suasana kantor saat itu juga sedang sepi. Yang ada dikantor hanya beberapa orang. Karyawan yang lainnya tengah istirahat makan siang.
Saat ia keluar dari ruang kerjanya menuju toilet, tiba-tiba terdengar ledakan dasyat. Ledakan tersebut membuat Adrie terkejut dan telinganya seperti mau pecah. Lantaran kaget, Adrie hanya bisa terpaku, karena ruangan menjadi gelap gulita. Napasnya sesak karena asap hitam yang menggumpal dan menyebar ke seluruh ruangan. ”Kalau saja saya tidak pergi ke toilet, mungkin sakarang saya sudah tidak ada lagi. Karena ledakan bom tersebut hanya berselang dua menit setelah saya keluar dari ruangan kerja. Dan buat saya ini sungguh satu mukjizat yang luar biasa yang diberikan Allah pada saya. Karena akibat ledakan bom tersebut, ruang kerja saya porak poranda,” ujar pria yang senang mengenakan pakaian serba hitam ini.
Dalam keadaan bingung, Adrie tiba-tiba ditarik oleh salah seorang karyawannya untuk segera turun lewat tangga darurat. Di loby, suasana masih gelap. Ketika berdiri di loby Plaza Mutiara, Adrie mendengar suara rintihan. Saat Adrie mau menghampiri korban yang kesakitan, sebuah ledakan kembali terjadi. Namun kali ini bukan bom melainkan dari mesin mobil taksi yang meledak akibat terkena campuran bensin.
Adrie merasa hari itu Allah benar-benar melakukan mukjizat atas dirinya. Bukan hanya Adrie yang diselamatkan Allah hari itu, tetapi seluruh karyawannya. Hanya ada satu dua orang yang terluka akibat pecahan kaca. Yang lebih mengherankan lagi, saat ledakan terjadi, Christy, putri keduanya yang berkerja dan berkantor bersamanya, entah dengan alasan, apa tiba-tiba meminta izin untuk tidak masuk kantor. Padahal sepengetahuan Adrie, Christy paling rajin masuk kantor. Selain itu, Christy memang rajin membawa bekal dari rumah untuk makan siang di kantor. Artinya, kalau istirahat makan siang pun Christy selalu berada di kantor.
Benar saja. Setelah kejadian itu, Adrie melihat ruang kerja anaknya di pokjok belakang porak poranda. Banyak potongan kaca berserakan bahkan ada yang menancap dan menembus kursi yang biasa diduduki Christy. ”Bagaimana pula jadinya kalau hari itu Christy masuk kantor dan berada di dalam ruangan kerjanya? Saya pasti tiak sanggup untuk membayangkannya,” Tanya Adrie sambil mengisap sebatang rokok kretek. Gilbert
Enam Bulan, Adrie Hidup dalam Keadaan Trauma
Bom Marriot menyisakan trauma bagi Adrie. Hal ini terlihat dari pribadi Adrie yang drastis berubah. Adrie yang tadinya dikenal sebagai pribadi yang tegar dan pemberani, berubah penakut dan tidak suka berada di tempat ramai. Hanya menderas bunyi keras sedikit saja ia pasti melompat. Merasa terus diburu trauma, Chrisye sang istri berusaha mencarikan tempat hiburan terbaik buat Adrie. Salah satu caranya yaitu dengan membawanya jalan-jalan ke mal. Namun ia hanya bertahan beberapa menit. Baru menginjakkan kaki di mal ia langsung minta pulang.
Hal yang serupa masih ditunjukkan Adrie ketika ia bersama Chrisye mencoba masuk bioskop. Namun reaksinya sama saja. Adrie tidak bisa bertahan lama di dalam bioskop. Mendengar suaranya menggelegar, membuatnya terkejut dan ketakutan. Karena yang ada di dalam pikiran Adrie kala itu, suara yang dihasilkan sama kerasanya dengan ledakan bom. Ketika berada di dalam pesawat terbang pun, Adrie masih ketakutan. Saking takutnya, Adrie sampai menangis sambil menjambak rambutnya sendiri. Kadang ia menangis sambil memeluk Chrisye istrinya sekeras mungkin. Hal ini terus berlangsung selama enam bulan. Selama itu pula Adrie menghentikan segala aktivitasnya.
Tingkahlaku Adrie seperti ini membuat banyak temannya tidak percaya. Karena selama ini Adrie dikenal sebagai pribadi yang tegar. Apalagi terkait dengan profesinya sebagai promotor handal yang kerap menghadapi massa yang mencapai puluhan ribu orang. ”Setegar apa pun, setiap orang yang melihat kejadian waktu itu bakal keder juga,” kata ayah dari Melanie Subono, Christy Subono dan Adrian Subono ini.
Sebagai jalan keluar untuk menghilangkan trauma, dokter menyarankan agar Adrie dibawa ke tempat kejadian perkara. Karena menurut dokter yang memeriksa Adrie mengatakan, bahwa proses pemulihannya harus datang dari dirinya sendiri. Memang berat bagi Adrie untuk melakukan hal itu. Tetapi karena ia sudah bertekad untuk sembuh, Adrie pun memberanikan diri kembali melihat keadaan yang sebenarnya. Benar saja, ketika Adrie melakukan apa yang disarankan dokter, secara perlahan tapi pasti, ia sembuh dari trauma tersebut. Kondisi kejiwaan pria yang gemar berolahrga ini pun berangsur-angsur pulih kembali.
”Sebagai seorang promotor musik, tidak mungkin kalau saya terus dalam keadaan seperti ini. Apalagi kalau sampai mengorbankan profesi saya sebagai promotor hanya karena ulah teoris. Untuk itu, saya bertekad agar bisa terlepas dari trauma dan rasa takut berlebihan yang saya alami selama ini,” tekad keponakan mantan Presiden BJ Habibie ini.
Sebagai manusia biasa, wajar kalau Adrie merasa kesal pada pelaku teror. Ketika pelaku tertangkap dan dilakukan proses rekonstruksi, Adrie ingin sekali menghajarnya. ”Waktu proses rekonstruksi berlangsung, saya sangat jengkel melihat wajah pelaku. Apalagi kalau melihat raut wajahnya yang tak seidkitpun menunjukkan rasa bersalah. Rasanya saya ingin sekali menghajarnya dengan tangan saya sendiri,” geram pria kelahiran Jakarta, 11 Januari 1954 ini.
Adrie mengatakan, bagaimana dirinya tidak emosi melihat kelakuan teroris yang terlewat batas. ”Saya yang tidak cacat saja sangat kesal terhadap pelaku, apalagi korban lainnya yang cacat atau yang ditinggalkan anggota keluarganya akibat ledakan bom tersebut,” katanya dengan suara berapi-api.
Bisa dibayangkan, betapa hancur perasaan para korban. Walaupun hidup, tetapi cacat seumur hidup. Mereka tidak bisa lagi melakukan aktivitas seperti biasanaya karena bukan hanya fisik yang terluka, tetapi juga batin ikut terluka. Karena merasa sebagai bagian dari korban peledakan bom JW Marriot, Adrie bersama korban lainnya ikut membentuk komunitas yang diberi nama forum 58 yang berjumlah sekitar 50-an orang.
”Sampai sejauh ini F-58 masih sering berkumpul, bahkan terakhir berkumpul bersama para korban dan keluarga korban bom Kedutaan Australia, sekedar untuk share saja,” tuturnya. Bagi Adrie, sebagai korban yang diselamatkan oleh Allah SWT, ia ingin mengurangi beban kesedihan bagi mereka yang ditinggal anggota keluarga akibat ledakan bom tersebut. Gilbert
Bersyukur dengan Mendekatkan Diri pada Allah SWT
Sebagai ucapan syukur Allah SWT atas keselamatan yang diberikan Allah kepadnya, Adrie semakin bijak dalam menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya. Belum lama ini Adrie juga diberi peringatan atas penyakit yang tidak jelas dideritanya. Pasalnya, pembawaan Adrie kala dirawat di RS Pondok Indah beberapa waktu lalu, tidak jauh berbeda dengan yang ia alami ketika selamat dari tragedi bom JW Marriot.
”Selama lima hari dirawat di RS Pondok Indah, saya selalu mengigau. Bahkan saya melihat semua orang di sekitar saya seperti tuyul. Makanya banyak orang menyangka saya ini seperti orang mabuk atau habis ngedruggs,” ucap putra kedua dari lima bersaudara pasangan Alm. Purn Brigjen. Subono Mantovani dan Titi Sri Sulasmi ini.
Padahal menurut dokter, dari hasil medical chek dirinya tidak terkena penyakit apa-apa. Itu sebabnya Adrie merasa hal ini merupakan peringatan dari Allah. Karena Adrie masih membandel dengan tidak menjalankan perintah-Nya.
Sebelumnya, sudah ada peringatan yang lebih serius atas dirinya. Selain selamat dari bom Marriot. Ia juga mengalami ujian ketika rumah tanggga putri sulungnya Melanie Subono dengan Radja Simatupang harus berakhir pada oktober 2004 lalu. Setelah itu menyusul putusnya tali cinta antara putri keduanya, Christy dengan pesinetron Dimasa Seto.
Bagi Adrie, apa pun persoalan yang menyangkut keluarga, otomatis akan membuatnya terpukul. ”Buat saya, keluarga adalah galanya. Makanya kalau ada permasalahan menyangkut anak-anak saya, pasti saya merasa sangat sedih dan terpukul. Karena saya hidup, kerja, dan cari makan dicurahkan untuk anak dan istri saya. Orang tua mana yang tidak sedih, jika melihat anaknya mengalami kegagalan,” katanya balik bertanya.
Mencari Allah. Sekali waktu sepulangnya Adrrie dari rumah sakit, ia melihat brosur umrah. Ia kemudian berjanji dalam hati akan umrah. Semua kejadian ini dianggap sebagai hidayah yang didapat selama hidupnya. Sejak itu Adrie mulai mendekatkan diri pada Allah. Peristiwa ini terjadi pada awal tahun 2006 lalu.
Ia mulai rajin berpuasa dan menjalankan shalat lima waktu. Walaupun terkadang ia merasa belum sempurna, tetapi Adrie selalu berusaha melakukannya sebaik mungkin. Terbukti, tahun lalu ia melakukan shalat taraweh dan shalat tahajud sampai penuh. Adrie sendiri baru benar-benaer merasakan nikmatnya merayakan hari Idul Fitri pada Lebaran kemarin.
”Bagi saya, beribadah itu sesuatu yang tidak bisa dipaksakan dan harus dilakuan dengan penuh keyakinan, bahwa itu memang kita harus dilakukan. Semuanya ada hikmah. Dahulu saya termasuk orang yang sulit tidur. Kalau mau tidur, selalu di atas pukul 01.00 WIB. Namun sekarang, saya bisa tidur pukul 22.00 WIB kalau tidak ada kegiatan lagi. Karena paginya, saya sudah harus bangun untuk shalat subuh,” jelasnya.
Adrie berasal dari keluarga yang memiliki tradisi agama cukup kuat. Ibunya Titi Sri Sulasmi seringkali mengingatkan Adrie untuk shalat dan berpuasa. Bukan hanya itu, meski Adrie sendiri hidup dalam keluarga yang memiliki dua keyakinan yang berbeda, tetapi Chrisye istrinya selalu mengingatkan Adrie untuk shalat. ”Semua ini sungguh anugerah yang luar biasa. Meski saya hidup dalam dua keyakinan yang berbeda, tetapi kami bisa saling menghargai. Saat pengajian berlangsung, istri saya mengenakan kerudung. Dan saya sangat merasakan sungguh betapa indah perbedaan itu kalau kita bisa saling menghargai,” ujarnya.
Sebagai aplikasi atas kehidupan religius yang kini sedang dijalaninya, Adrie membentuk kelompok pengajian yang diadakan setiap bulan di rumahnya, bilangan Pondok Indah. Kelompok pengajian tersebut diberi nama Kopaja, kepanjangan dari Kelompok Pengajian Java. Anggotanya terdiri dari para artis, wartawan dan warga sekitar. Gilbert
1 komentar:
Harrah's Reno Hotel & Casino - Mapyro
Get 진주 출장샵 directions, reviews and information for Harrah's Reno 남양주 출장안마 Hotel & Casino in Reno, 나주 출장샵 NV. Hotel is in the middle of an enormous lagoon with a full casino with over 강원도 출장안마 500 논산 출장샵 rooms. Rating: 2.4 · 9 reviews
Posting Komentar