Rabu, 04 Februari 2009

Adrie Soebono, Promotor Java Musikindo.

Created by : Gilbert

Konser yang Dipromotorinya Selalu Sukses Berkat Doa Sang Ibu


Dalam setiap langkahnya, Adrie tak pernah lupa untuk selalu meminta doa dan restu dari sang ibu. Melihat perjuangan ibunya menghidupi lima anak setelah ditinggal mati suami, membuat Adrie begitu kagum dan menyayangi sang ibu. Kini, apapun yang diminta sang ibu, ia berusaha selalu memenuhinya, termasuk membelikan 1,8 hektar tanah yang kemudian dibangun Masjid dan Yayasan di atasnya.


Sore itu (25/2) langit mulai diselimuti oleh kegelapan karena sinar matahari perlahan mulai tenggelam di ufuk barat. Di depan pintu gerbang utama studio musik Aquarius yang berada di kawasan Pondok Indah, terlihat tiga orang pria tengah berjaga-jaga. Dua di antaranya mengenakan pakaian safari berwarna hitam dan hijau muda. Satunya lagi adalah seorang satpam. “Maaf, ada yang bisa dibantu, cari siapa mas?” tanya salah seorang petugas berpakaian safari pada Realita.

Tak lama berselang dari balik sekat gerbang utama studio Aquarius yang sedikit terbuka, tampak seorang pria sedang berdiri yang mengenakan atribut serba hitam. Pria itu adalah Adrie Soebono, bos dari Java Musikindo. Adrie pun bergegas menghampiri, menjulurkan tangan, sambil mengulas senyumnya pada Realita. “Apa kabar? Apa nih yang mau diomongin?” katanya singkat mengawali pembicaraan.

Bicara soal kasih sayang ibu, bagi Adrie adalah satu hal yang memang sangat menyenangkan dan tak akan pernah habis untuk membahasnya. Terlebih Adrie adalah seorang anak yang memang semenjak kecil merupakan anak yang paling dekat dan manja dengan ibunya ketimbang dengan ayahnya sendiri.

Setelah ditelisik lebih dalam, ternyata ada satu hal yang mengawali kenapa hubungannya dengan ibunya menjadi sangat dekat. Semua itu terjadi ketika Adrie yang ingin dilahirkan ke dunia ini, berada di tengah-tengah antara hidup dan mati karena terlilit oleh tali pusar. “Dulu itu ibu bilang sama saya, kalau saya sempat tidak jadi muncul ke dunia karena kesulitan keluar akibat terlilit tali pusar. Hal itulah yang membuat kenapa ibu saya sayang banget sama saya. Begitu juga sebaliknya saya sangat sayang sama ibu,” ujar anak kedua dari lima bersaudara ini.

Bentuk kekaguman pada Titi Sri Sulaksmi, sang ibu, semakin nyata terlihat ketika pada tahun 1974, sang ayah, Soebono Mantovani yang semasa hidupnya berprofesi sebagai tentara, meninggal dunia akibat serangan jantung. Otomatis, untuk menyambung hidup dan membiayai sekolah anak-anaknya, ibunya lah yang harus bekerja banting tulang. Apalagi pekerjaannya sebagai seorang guru keterampilan tidaklah lagi bisa mencukupi. Adrie pun semakin mengagumi ibunya manakala melihat kesetiaan cinta ibunya pada sang suami yang tidak bisa tergantikan oleh siapa pun.

Padahal seingat Adrie kalau saat itu ibunya mau menikah lagi, tentunya masih bisa karena secara fisik ibunya masih cantik. Tetapi ibunya tetap setia pada janjinya yang akan membesarkan dan merawat anak-anaknya seorang diri tanpa ada campur tangan orang lain. Adrie sendiri pun tidak mengerti, dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebagai seorang perempuan, ibunya tetap bisa mengendalikan kelima anaknya dengan baik, dengan lima kelakuan yang berbeda pula.

Berdagang Abon. Di tengah kesibukannya sang ibu sebagai seorang guru, Adrie pun mengingat saat-saat dimana ibunya harus bekerja keras sebagai pedagang abon yang harus bolak balik Jakarta Semarang. Dimana saat berdagang abon, Adrie lah yang paling sering diajak menemani ibunya berjualan abon keliling. “Mas tahulah berapa penghasilan seorang guru zaman dahulu. Kalau tidak begini bagaimana mungkin ibu bisa menyekolahkan kelima anaknya dengan baik. Pokoknya perjuangan ibu luar biasa,” tandas Adrie.

Berangkat dari berdagang abon inilah, Adrie mengaku kalau jiwa dagangnya itu mulai tumbuh dengan sendirinya. Bahkan hingga Adrie bisa menjadi promotor hebat seperti sekarang. Sukses sebagai promotor kondang di negeri ini, tidak membuat Adrie jadi lupa akan segalanya. Adrie percaya selain karena faktor usaha dan kerja keras, ada satu hal yang melebihi dari semuanya itu. Yaitu untaian kata yang dipanjatkan pada sang Khalik dalam doa dan pengharapan yang tulus dari sang ibu, yang selalu menyertai perjalanan hidupnya. Lebih jauh lagi Adrie mengatakan kalau kesuksesan karirnya saat ini, karena Adrie merasa dirinya sangat menghargai orang yang lebih tua darinya.

Hal inilah yang selalu diajarkan sang ibu kepada Adrie, “Jangan pernah sekalipun kurang ajar sama orang tua, apalagi orang tua perempuan. Karena sekali saja melawan ibu, maka dampaknya itu akan luar biasa.” “Jangankan untuk melawan ibu kandung saya sendiri, marah sama mbo di rumah saja saya tidak pernah. Karena kalau flashback jauh ke belakang dulu itu kita bukan siapa-siapa kalau nggak ada ibu, kita hanya segumpalan darah yang dirawat dan dipelihara oleh ibu sampai kita menjadi utuh terlahir dalam rahimnya. Begitupun juga saya mengajarkan kepada anak-anak saya untuk menghargai orang yang lebih tua,” kata Adrie.

Setelah menjalani 25 tahun karirnya yang malang melintang sebagai pedagang, membuat Adrie kaya akan pengalaman hidup. Tak lupa sepanjang perjalanan karirnya Adrie selalu menomorsatukan sang ibu di atas segalanya. Apalagi dengan pengalaman tujuh tahun lamanya tinggal di Jerman, membuat mental Adrie benar-benar terbentuk. “Dulu itu sebenarnya kepergian saya ke Jerman untuk sekolah karena kebetulan paman saya, Habibie (adik ibunya/mantan Presiden RI, red) juga mau menampung di sana. Tapi karena kenakalan saya, membuat sekolah saya tidak juga selesai. Hanya sebatas sampai kelas dua saja. Apalagi saya sudah asyik berdagang dan sudah bisa menghasilkan uang, membuat saya lupa akan tugas dan tanggung jawab saya untuk sekolah,” beber Adrie seraya mengepulkan asap rokok.

Sebagai anak lelaki memang sudah sepantasnya kalau Adrie bisa menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk menggantikan peran ayahnya yang sudah jauh lebih dahulu meninggalkannya. Apalgi kalau bukan memberikan apapun yang bisa membuat ibunya tersenyum bahagia. Maka, sebagai wujud cintanya pada ibu, tak heran kalau apapun yang diminta sang ibu saat ini, maka sebisa mungkin Adrie akan berusaha untuk memenuhinya.

Agama apapun mengajarkan setelah menyembah Yang Maha Kuasa, maka selanjutnya kita menyembah ibu, baru kemudian ayah. Sampai sekarang pun jika Adrie mau melakukan konser, terlebih dahulu ia akan selalu meminta doa restu dari ibunya agar semuanya berjalan lancar. Sebut saja beberapa konser yang dipromotorinya yang terbilang sukses di Indonesia seperti Westlife, The Black Eyed Peas, Bjork, Maksim, Norah Jones, Muse, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu saja, kemanapun Adrie pergi dan apapun yang dilakukannya, ia selalu mendahulukannya dengan memohon doa dari ibu. Adrie pun sangat sepakat kalau surga itu ada di bawah telapak kaki ibu.

Meski usia Adrie kini sudah 54 tahun, tetapi Adrie masih sepenuhnya menjaga kesantunan pada ibunya yang kini telah berusia 80 tahun. Hal itu juga diajarkannya kepada ketiga anaknya. Kasih sayang Adrie pun tidak hanya ditujukan kepada ibu kandungnya saja, tetapi juga pada mertuanya yang selama ini tinggal di Belanda (saat wawancara berlangsung, sang mertua sedang berada di rumah Adrie di kawasan Pondok Indah, red). “Begitu juga sebaliknya, Chrisye, istri saya juga sangat menyayangi ibu saya apa adanya seperti dia menyayangi ibunya sendiri,” tutur Adrie.

Bagi Adrie, tidak sulit untuk membuat ibunya menjadi bahagia. Pasalnya, hanya dengan sepenggal perhatian kecil, bagi sang ibu itu sudah lebih dari cukup dan membuatnya merasa sangat senang. Hal tersebut dilakukan Adrie setiap saat dengan cara sesering mungkin menelepon. Jadi, kebahagiaan tidak selalu harus ditunjukkan dengan materi. “Ibu saya paling marah kalau dia kurang diperhatikan. Misalnya saja ketika saya telepon dia menangis. Saya tahu, dia pasti sedang minta diperhatikan. Maka saya akan datang ke rumahnya (di kawasan Panglima Polim, red) dan saya peluk dia. Saya kecup keningnya dan saya tidur di dekatnya. Dengan begitu dia sudah merasa sangat senang,” tutur Adrie. “Nggak ada harta yang lebih bernilai selain memberikan perhatian. Walau terkadang banyak orang menganggapnya remeh. Sampai sekarang saya masih seperti anak kecil kalau sedang berada dekat ibu. Begitu juga yang terjadi dengan istri dan anak saya. Semuanya kami menghargai orang yang sudah melahirkan, merawat, dan membesarkan kita,” pungkasnya. Gilbert


Sidebar:

Hadiahkan Tanah 1,8 Hektar untuk Sang Ibu

Tahun 2004 lalu, bertepatan dengan hari ulang tahun sang ibu yang ke-76, sang ibu meminta dibelikan sebidang tanah untuk dibangun Masjid. Bagi Adrie saat itu selagi dia mampu dan ada rezeki, maka dia akan memberikannya. Maka dibelilah sebidang tanah seluas 600 meter kepunyaan Alm. Chrisye di daerah Jombang, Bintaro , Jakarta Selatan. “Ibu saya bilang kalau Masjid ini akan dipersembahkan untuk masyarakat sekitar dan juga sebagai rasa cintanya pada sang suami yang sudah 34 tahun lamanya meninggalkannya. Itu sebabnya Masjid itu dinamakan Masjid Soebono Mantovani (nama alm. suaminya, red),” ujar Adrie penuh kekaguman pada sang bunda.

Seiring dengan berjalannya waktu, sang ibu pun terus meminta dibelikan kembali tanah kosong yang berada di sekitar Masjid tersebut. Sebagai wujud rasa cintanya, Adrie mengiyakan permintaan ibunya tersebut. Tak heran tanah tersebut hingga saat ini telah menjadi seluas 1,8 hektar. Lahan yang luas tersebut rencananya untuk membangun sekolah yang berbentuk yayasan. Mulai dari SD sampai dengan SMU yang ditujukan untuk orang yang kurang mampu. Gilbert


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Wynn Slots for Android and iOS - Wooricasinos
A https://tricktactoe.com/ free wooricasinos.info app https://septcasino.com/review/merit-casino/ for slot machines 출장안마 from WRI Holdings Limited that lets you play the popular games, casinosites.one such as free video slots, table games and live casino