Rabu, 04 Februari 2009

Mariani Milka, Ibu Rumah Tangga


Kakinya Sembuh Sempurna Meski Dokter Nyaris Mengamputasi Akibat Kecelakaan Maut


Tangan Tuhan sepertinya masih bersama Mariani Milka (52), seorang ibu rumah tangga yang bisa selamat meski sempat masuk dan terseret di kolong bus besar pada kecelakaan dua tahun lalu. Tepatnya di jalur Blok M, Jakarta Selatan pada 6 Juni 2006 lalu, Milka begitu ia kerap disapa lolos dari maut. Bagaimana kisah selengkapnya?


Lonceng berbunyi dengan kerasnya hingga beberapa kali, pertanda jam belajar sudah berakhir. Tak lama waktu berselang, siswa dan siswi sekolah dasar itu pun berlarian keluar dari dalam kelasnya menuju para orang tua yang sudah menjemput. Sementara dari balik dinding kantin sekolah, terlihat seorang perempuan paruh baya, yang dengan ramahnya tengah sibuk melayani anak-anak yang hendak membeli makanan atau pun minuman dari warungnya. Perempuan itulah Mariani Milka (52) yang selamat dari kecelakaan maut dua tahun lalu. “Sebentar ya mas saya ladeni dulu anak-anak ini,” katanya pada Realita.

Di tengah hingar bingar suara anak-anak, sambil menjaga warungnya, Milka pun mau bersaksi atas kuasa pertolongan Tuhan Yesus yang begitu luar biasa ketika dirinya mengalami kecelakaan maut di jalur Blok M pada 6 Juni 2006. Kecelakaan tersebut membuat kedua kakinya cacat dan tulang rusuknya sebelah kanan patah. Sekilas kalau dilihat memang seperti tidak ada yang kurang dari kedua kaki Milka. Namun perasaan tidak tega akan langsung muncul ketika kaos kaki yang sekarang rutin dipakai Milka untuk menutupi cacat kakinya tersebut dibuka.

Pendalaman Alkitab. Selasa 6-6-2006 menjadi hari yang sangat bersejarah dan tak akan pernah dilupakan sampai akhir hayat hidup Milka. Kala itu seperti biasanya, sepulang berjualan di kantin sekolah, tempat yang dituju selanjutnya adalah Gereja Tabernakel di kawasan Megamall Pluit. Tempat dimana Milka boleh berjemaat dan bertumbuh, untuk mengikuti persekutuan doa dan pendalaman Alkitab. Untuk sampai ke gerejanya di daerah Pluit, dari tempatnya berdagang di kawasan Fatmawati, terlebih dahulu Milka harus transit di terminal Blok M untuk mendapatkan bus kota tujuan Blok M-Pluit.

Hari itu, tak sedikit pun ada perasaan aneh dalam benak Milka yang memberikan pertanda. Setibanya di terminal Blok M, seperti aturan yang sudah ditetapkan, setiap penumpang yang hendak menunggu bus dengan rute yang dituju, harus berada di jalur tunggu yang sudah disediakan. Kala itu rute bus yang dituju Milka berada di jalur tiga. Kondisi jalur saat itu memang terlihat sepi. Karena bus yang ditunggu tak kunjung datang, Milka pun bermaksud menyeberang ke jalur tiga. Namun entah mengapa ketika Milka hendak menyeberang, ada sebuah bus patas AC dengan kecepatan tinggi ke luar dari jalur. Tanpa sadar Milka pun mereflekkan diri. Tetapi nampaknya gerakan relfek Milka kalah cepat dengan bus yang tengah melintas cepat di hadapannya. Alhasil jadilah kala itu Milka terserempet. Berbenturan dengan bus tersebut, tubuh Milka pun terpental. Saat terpental, sekujur tubuh Milka sudah masuk tersangkut ke dalam kolong bus patas AC tersebut, dan membawanya terseret sampai beberapa ratus meter.

Nyala mesin bus patas AC tersebut, otomatis membuat mesin juga menjadi panas. Sungguh teramat panas. Itulah yang dirasakan Milka ketika berada di bawah kolong bus. Belum lagi ia harus menahan rasa sakit bercampur perih akibat kulit kedua kakinya habis terpapas aspal yang juga ikut terlindas besarnya ban dari bus patas AC tersebut. Tak ayal, kedua tulang kakinya menjadi remuk berantakan. Belum lagi anggota tubuhnya yang lain yang juga ikut terkoyak akibat bergesekan dengan aspal. “Tuhan Yesus tolong saya, Tuhan Yesus selamatkan saya,” seru Milka hingga berkali-kali memanggil nama Sang Juruselamat kala itu sembari terus berusaha untuk bisa mengeluarkan sekujur tubuhnya dari dalam kolong bus patas AC tersebut. “Saya nggak tahu persis bagaimana keadaan saya ketika berada di dalam kolong bus. Sebab yang saya pikirkan adalah bagaimana caranya supaya saya bisa keluar sesegera mungkin dari dalam kolong bus. Kejadian itu benar-benar menakutkan,” ujar ibu empat anak ini.

Antara Hidup dan Mati. Setelah terus berseru memanggil nama Yesus, disertai usaha keras, akhirnya Milka pun bisa keluar dari dalam kolong bus berukuran besar itu. Sekeluarnya dari dalam kolong bus, tak satu orang pun berani menolongnya lantaran melihat sekujur tubuh Milka sudah berlumuran darah. Tetesan darah dari tubuh Milka juga memenuhi sepanjang jalan jalur Blok M. Tak lama kemudian ada dua orang laki-laki yang menghampirinya hendak menolongnya. Kedua laki-laki itu menyangka kalau Milka sudah tak lagi bernyawa. Apalagi ketika mereka melihat ke bagian kaki Milka dimana kulit dan dagingnya sudah habis terkelupas. Yang jelas terlihat hanya tulang kaki berwarna putih yang bentuknya juga sudah tidak lagi beraturan. “Saat itu saya seperti merasa antara sadar dan tidak sadar. Seperti tengah berada di antara hidup dan mati. Namun ketika itu saya masih bisa berbicara. Saya masih bisa melihat kondisi kaki saya yang termakan habis oleh aspal dan tergilas. Kulit dan dagingnya sudah terlepas, hancur, dan terbelah dua menempel pada ujung jari. Bagaikan alas sepatu yang sudah mau terlepas. Mungkin inilah yang namanya kekuatan daripada Tuhan Yesus,” kenang Milka.

Peristiwa tersebut spontan membuat semua orang di sekitar yang melihat menjerit histeris. Kebanyakan mereka mengira pastilah orang yang tertabrak itu sudah meninggal. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat mengenaskan kala itu. Setelah mengetahui Milka masih bernafas, kedua lelaki itu pun segera menghubungi pihak yang berwajib dan segera membawa Milka ke RSPP Jakarta Selatan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat kejadian. Sementara Milka dibawa ke RSPP, bus patas AC yang menghantam Milka melarikan diri begitu saja. Anehnya, kendati kondisi tubuh Milka terbilang parah, namun tangan kiri Milka masih bisa menggenggam, memeluk tas dan Alkitab. Bahkan dalam perjalanan menuju RSPP Milka masih sempat menghubungi Pupung adiknya, untuk memberi kabar.

Kaki Diamputasi. Setibanya di RSPP, Milka segera mendapatkan pelayanan super ekstra. Sayangnya, ketika dokter memutuskan untuk mengoperasi Milka, harus sedikit terhambat lantaran belum ada perwakilan dari pihak keluarga yang menandatangani surat tanda persetujuan atas biaya administrasi yang diberlakukan. Beruntung tak lama setelah menghubungi adiknya, adiknya tiba di RSPP. Pupung sendiri tidak habis pikir, dengan kondisinya yang demikian parah, Milka masih bisa menelepon mengabari keadaannya kepada Pupung dan anggota keluarga yang lain. Tanpa membuang banyak waktu, Pupung langsung menandatangani surat persetujuan operasi yang disodorkan tim dokter RSPP yang menangani Milka.

Secara teoritis ilmu kedokteran, ditambah lagi setelah melihat keadaan tulang kaki Milka yang sudah hancur tak berbentuk, tim dokter pun menyarankan untuk segera mengamputasi kaki Milka karena semua jaringan urat syaraf pada bagian kaki satu dengan lainnya sudah tidak lagi berfungsi dengan baik. “Ibu Milka, dengan sangat berat hati, kami mau menyampaikan kalau kaki ibu sebaiknya diamputasi karena tidak ada lagi yang berfungsi. Sekali pun sembuh, ibu Milka akan mengalami kecacatan,” kata Milka menirukan ucapan salah seorang dokter kala itu pada dirinya. Namun karena iman percaya Milka yang begitu luar biasa dahsyat pada Yesus sang Pemilik kehidupan, saat itu juga Milka mematahkan argumentasi tim dokter. “Jangan amputasi kaki saya dokter, karena saya percaya, saya punya Tuhan Yesus yang sanggup memberikan kesembuhan yang sempurna pada kaki saya,” pinta Milka. Atas permintaan Milka, tim dokter pun tidak jadi mengamputasi kaki Milka.

Melihat keadaan Milka yang demikian parah, membuat seluruh anggota keluarga dan jemaat gereja bersedih hati. Karena secara kekuatan manusia, kondisi Milka yang demikian sepertinya sudah tidak ada harapan lagi untuk bisa bertahan hidup. Dokter sendiri saat itu hanya bisa menyarankan segenap keluarga besar dan teman-teman gerejanya untuk terus mendoakan Milka. Sebab hanya doa yang sungguh-sungguh kepada-Nya yang bisa menyelamatkan Milka dari kondisi kritisnya.

Pendarahan Hebat. Jarum jam terus berputar seiring dengan berjalannya sang waktu. Seperti rencana yang sudah disetujui kedua belah pihak, maka Milka pun dipersiapkan oleh tim dokter untuk segera menjalankan operasi. Namun sebelum operasi dijalankan, dengan harapan dapat memberikan hasil yang maksimal pada Milka, tim dokter pun kembali memeriksa seluruh kondisi tubuh Milka. Karena jika melihat dari jenis kecelakaan yang dialami Milka, tim dokter berasumsi bukan hanya pada bagian kaki saja yang hancur, tetapi pastilah terdapat kejanggalan lain atas tubuh Milka. Asumsi tim dokter tidak meleset.

Dari hasil pemeriksaan, Milka mengalami luka trauma lain yang tidak hanya membahayakan kakinya tetapi juga nyawanya. Yang ditakutkan terjadi apa-apa dengan bagian kepalanya, akibat benturan yang keras. Belum lagi dokter curiga dengan pendarahan hebat yang dialami Milka. Ada kemungkinan rongga perut persis pada bagian liver Milka juga mengalami luka yang cukup serius. Akibat dari pendarahan yang luar biasa hebat, membuat paru-paru Milka terendam oleh darah sebanyak dua liter. Untuk mengeluarkan rendaman darah tersebut, paru-paru Milka pun dibor di bagian kanan dan kiri. Itu sebabnya Milka ditransfusi darah sebanyak 2 liter dalam satu hari selama empat hari. Dalam setiap kali penanganan operasi, Milka ditangani oleh lima dokter ahli. Dua di antaranya adalah dokter ahli orthopedy, dokter spesialis kulit, paru-paru, dan liver. Maka atas kehendak-Nya operasi pun dapat berjalan dengan baik. Milka pun telah berhasil melewati masa kritisnya setelah selama sepekan lebih berada di ruang ICU. Anehnya, kendati tengah berada dalam ruang isolasi, mulut Milka tak henti-hentinya menaikkan segala pujian bagi Dia Allah yang disembahnya. Setelah keluar dari masa kritisnya, Milka masih harus tetap menjalani masa pemulihan selama 40 hari di ruang rawat inap.

Habis Rp 120 Juta. Selama satu tahun lebih Milka harus terus berhubungan dengan rumah sakit. Bahkan untuk mendapatkan kesembuhan yang maksimal, tim dokter menyarankan harus sampai lima kali operasi. Di antaranya operasi rekonstruksi kulit yang memang tidak bisa sekaligus dilakukan. Karena setiap kali jelang operasi rekonstruksi, dokter harus melihat bagian kulit dan daging mana pada tubuh Milka yang bisa dipindahkan untuk memberikan kulit tambahan pada kulit dan daging kedua kaki Milka.

Saat memantau perkembangan kaki Milka, tim dokter menemukan sesuatu kemajuan yang luar biasa. Atas ujung jari kaki Milka memerah pertanda kalau bagian kaki Milka masih menunjukkan respon yang baik. Tim dokter pun semakin optimis kalau memang kaki Milka masih bisa disembuhkan.

Keajaiban dan mukjizat terjadi, bukan hanya ketika Milka tengah berada pada masa-masa kritisnya. Tetapi Tuhan Yesus terus memperlihatkan kebesaran-Nya. Tagihan rumah sakit selama Milka dirawat di rumah sakit mencapai 120 juta rupiah. Sebagai orang yang berpenghasilan biasa saja, tentunya membuat keluarga Milka kebingungan bagaimana cara untuk melunasi sisa biaya rumah sakit yang membengkak tersebut. Sementara rumah satu-satunya sudah habis terjual. Lagi-lagi Tuhan menunjukkan kasih dan sayang-Nya pada Milka beserta keluarga. Tuhan memberikan berkat lewat jemaat gereja-Nya, sehingga sumbangan secara cuma-cuma didapatkan dari donasi jemaat gereja sebanyak Rp 70-80 juta. Hingga akhirnya seluruh biaya rumah sakit bisa dibayar dengan lunas. “Kalau bukan karena campur tangan Tuhan Yesus Bapa yang kekal, bagaimana mungkin kami bisa mengumpulkan dana dengan secepat itu. Semuanya terjadi di luar kemampuan kami sebagai manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan. Saya tidak akan pernah tahu bagaimana jadinya kalau Tuhan Yesus tidak ambil alih semua masalah saya ini. Pastilah saya akan terpuruk. Sungguh Tuhan begitu luar biasa dalam hidup saya,” papar Milka dengan mata memerah tak kuat menahan haru. Gilbert

Memaafkan Sopir Bus yang Telah Menabraknya

Mukjizat sungguh nyata terjadi atas diri Milka. Padahal tim dokter sempat mengatakan kalau hidupnya sudah tidak dapat tertolong lagi. Selain itu, sekali pun sembuh, Milka akan mengalami cacat seumur hidup. Itu sebabnya dokter sempat menyarankan agar kakinya lebih baik diamputasi. Namun sekali lagi Tuhan berbicara lain atas hidup Milka. Selain diselamatkan dari masa kritisnya, Milka pun hingga kini masih tetap bisa berjalan secara sempurna. “Berdasarkan pengalaman dokter yang menangani Milka saat itu, kasus Milka merupakan suatu keajaiban yang luar biasa. Sebab hanya Tuhan yang mengetahui persis bagaimana mekanisme penyembuhannya sampai Milka bisa selamat. Padahal tim dokter yang menangani Milka saat itu sempat angkat tangan dan hanya bisa berharap pada Yang Maha Kuasa. Sungguh tidak akan pernah ada yang bisa melakukan hal seperti yang saya alami dalam hidup saya. Semua terjadi di luar hitungan matematis manusia. Kalau Tuhan berkata sembuh, maka semua itu terjadilah dengan sempurna sesuai dengan rencana-Nya. Sebab tidak ada yang tidak mungkin terjadi di hadapan-Nya,” ungkap Milka penuh rasa syukur.

Di tengah menikmati rasa harunya pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, Milka kembali dihadapkan pada tuntutan hukum yang harus dipertanggungjawabkan si sopir bus patas AC yang menabraknya tersebut. Namun lagi-lagi kemurahan dan kebesaran hati Tuhan menyertai Milka sehingga tak sedikit pun terlintas dalam benak pikirannya untuk menuntut tanggung jawab, baik kepada si sopir atau pun perusahaan bus. Padahal kalau dipikir secara akal logika manusia, hal tersebut sudah sangat merugikan Milka secara tubuh, jiwa, dan jasmani yang membuatnya kesakitan. “Karena Tuhan Yesus sudah begitu bermurah dan berbesar hati pada saya, dengan memberikan keselamatan dan kesembuhan pada saya dengan cuma-cuma. Begitupun sebaliknya saya juga mau bermurah hati pada sopir yang menabrak saya. Saya memaafkan segala kesalahannya pada saya. Saya mau menjadi teladan, seperti apa yang sudah diteladankan Tuhan Yesus selaku Gembala pada Domba-dombanya,” papar Milka. Gilbert


Pdt. Sapto Edhi Raharjo, Gembala Cabang Gereja Bethel Indonesia Kalibata, Jakarta Selatan


Melalui Musibah, Milka Diharapkan Bisa Menjadi Saksi Kristus

Peristiwa tragedi kecelakaan maut yang menimpa Milka, janganlah langsung dianggap sebagai satu bentuk teguran Tuhan. Kejadian ini hanya merupakan bentuk kecelakaan biasa, akibat dari human error. Tentunya kita juga sebagai manusia dituntut untuk bisa menyikapinya dengan cara yang bijaksana. Oleh karenanya, pandanglah hal tersebut sebagai bentuk wujud kasih sayang, yang ingin ditunjukkan Tuhan pada umat-Nya secara lebih lagi.

Dari setiap kejadian yang dialami oleh manusia secara pribadi, pastilah di dalamnya tersingkap satu rencana Tuhan yang begitu luar biasa mulianya. Dan sebelumnya memang tak pernah ada seorang pun yang dapat mengetahuinya. Jikalau seseorang mengalami satu pertolongan dari Tuhan yang begitu luar biasa, itu dikarenakan Tuhan sangat berkenan kepada umat yang dikasihi-Nya.

Terbukti dengan peristiwa tragis yang menimpa diri Milka dua tahun lalu. Dimulai dari awal kecelakaan sampai Milka lepas dari masa kritisnya, Tuhan sudah turut campur tangan. Mungkin kalau dilihat dari jenis kecelakaan yang terjadi pada Milka, secara hitungan matematis kemanusiaan, Milka memang tidak akan mungkin bisa bertahan hidup lebih lama lagi. Selain itu, akibat daripada kecelakaan tersebut, pastilah ada efek buruk yang harus ditanggung Milka yaitu kedua kakinya yang tak mungkin lagi bisa kembali berjalan secara sempurna. Persis seperti apa yang dikatakan tim dokter kala menangani proses penyembuhan Milka di rumah sakit.

Gaya hidup Milka yang selalu saja menghadiri setiap persekutuan doa dan pendalaman Alkitab yang dilakukan bersama Jemaat gereja Tuhan. Secara tidak langsung membuat iman percaya Milka menjadi tumbuh dan berkembang. Itu sebabnya sekalipun tengah berada di masa kritisnya, Milka tetap menyerahkan semuanya kepada Kristus selaku Juruselamat pemilik kehidupan yang kekal. Apa yang tidak mungkin di hadapan manusia, sebaliknya hal itu sangatlah mungkin di hadapan Tuhan. Melalui musibah yang pernah dialaminya, Milka diharapkan bisa menjadi saksi kristus sampai ke ujung bumi. Gilbert



Tidak ada komentar: