Rabu, 04 Februari 2009

From Nothing to Something

Olga Syahputra, Komedian dan Presenter


Dari Hanya Sekadar “Pesuruh” Artis, Kini Menjadi Selebritis Paling Laris


Lewat penampilannya yang cuek dan kocak, Olga Syahputra berhasil meraih simpati para penonton. Namanya pun semakin dikenal ketika ikut bermain dalam Extravaganza ABG, sebuah acara sitkom yang ditayangkan TransTV. Siapa sangka kalau kesuksesan yang diraihnya harus diawali dari bawah. Kegemarannya nongkrong di lokasi syuting sekadar untuk melihat bintang pujaan, telah menghantarkannya menjadi seorang komedian terkenal. Bagaimana kemudian Olga bisa berkenalan dan masuk dalam dunia hiburan?


Penampilannya di televisi yang selalu terlihat konyol, ternyata tidak jauh berbeda dengan pembawaan aslinya. Setidaknya, itulah yang bisa dirasakan Realita ketika menjumpai Olga Syahputra di studio RCTI usai membawakan sebuah acara beberapa waktu lalu. Sikap dan pembawaannya yang supel, tentu saja membuat pria kelahiran Jakarta, 8 Februari 1983 ini mudah bergaul dengan siapa saja dan dari kalangan mana saja. Dengan gaya banyolannya yang ceplas ceplos, Olga yang saat itu mengenakan t-shirt putih dipadu dengan setelan jeans, mulai menceritakan perjalanan hidupnya dalam meretas karir. Walau hanya bermodal wajah yang pas-pasan, Olga nekad untuk menembus pasar industri hiburan.

Dalam keluarganya, Olga adalah anak sulung dari tujuh bersaudara. Ia lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang sederhana dari pasangan Nurahman dan Nursidah. Diakuinya, saat kecil merupakan masa yang paling membahagiakan, meski hidup di dalam keluarga yang sederhana, tak sedikitpun Olga merasa kehilangan masa kanak-kanaknya. Hari-harinya penuh dengan dunia permainan.

Olga kecil banyak menghabiskan waktu dengan bermain di sekitar tempat tinggalnya di kawasan Cipinang, daerah pemukiman penduduk yang terkenal dengan kawasan yang rawan banjir. Kendati tempat tinggalnya seringkali terendam banjir apabila hujan deras, justru membuatnya bahagia karena merasa mendapatkan mainan baru. Maklum saja kala itu Olga masih kanak-kanak.

Diakuinya, kala itu kenakalan-kenakalan kecil sering diperbuatnya. Contohnya adalah mencuri buah jambu dan mangga milik tetangga. Setelah berhasil mencuri buah mangga dan jambu tersebut, maka Olga pun akan menjualnya untuk mendapatkan uang jajan tambahan.

Ada satu kejadian saat kecil yang tidak pernah akan dilupakan oleh Olga. Dimana ia sempat akan menghajar teman sekolahnya dengan sebilah golok. Pasalnya, teman sekolahnya itu seringkali memperlakukan Olga dengan cara yang tidak menyenangkan. Lama kelamaan Olga pun tidak tahan dan menuangkan kekesalannya dengan membawa golok dari rumah sambil menangis. Beruntunglah saat itu, sang penjaga sekolah berhasil meredam emosi Olga sehingga ia tidak jadi menumpahkan kekesalannya pada temannya. “Setelah kejadian tersebut, gue tidak pernah lagi diganggu sama teman gue itu,” ucap Olga mengenang masa-masa saat bersekolah di SDN 15 Cipinang, Jakarta Timur tahun 1990-1996.

Didikan Agama. Dalam didikan agama, sang ibulah yang sangat disiplin terhadap Olga dalam menjalankan shalat lima waktu. Setiap adzan Maghrib, sang ibu segera menyuruh Olga shalat dan kemudian mengaji. Diakuinya, shalat lima waktu menjadi rutinitas serta kebiasaan yang wajib dilakukannya di rumah.

Walau sulit untuk bangun pagi, Nursidah, sang ibu dengan sabar selalu membangunkannya di pagi hari untuk melakukan shalat subuh. “Sejak kecil gue memang lebih dekat sama nyokap ketimbang sama bokap. Makanya nyokap selalu mengingatkan gue agar jangan pernah meninggalkan shalat,” ujar Olga. Yang jelas, Olga merasa bahwa pondasi agama yang diberikan orang tuanya sedari kecil sudah cukup baik. Dan ajaran tersebut terus dibawanya hingga sekarang.

Lepas dari pendidikan Sekolah Dasar, kenakalan Olga sedikit demi sedikit mulai berkurang. Pasalnya, ketika melanjutkan ke SLTP tahun 1997, selain disibukkan dengan pelajaran di sekolah, Olga juga mulai banyak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya seperti mengikuti latihan beladiri Taekwondo dan bermain sepakbola yang memang sejak SD sudah digemarinya. Ternyata, selain disibukkan dengan berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, Olga juga mempunyai kebiasaan baru yaitu setiap pulang sekolah selalu menyempatkan diri untuk mampir sekadar menonton syuting di sebuah rumah milik bintang iklan Asmiar Yahya, di kompleks Kehakiman yang letaknya tidak jauh dari rumahnya.

Mengalami Kesulitan Ekonomi. Di tengah-tengah kebiasaan barunya itu, Olga harus menerima kenyataan pahit dimana keluarganya mulai mengalami kesulitan ekonomi. Di tahun 1998, sang ayah yang tadinya bekerja pada seorang pejabat kehakiman, terpaksa harus kehilangan pekerjaan karena sang majikan meninggal dunia. Kondisi ini sontak membuat perekonomian keluarga Olga turun drastis. Apalagi sang ibu hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga biasa. Belum lagi keenam adiknya yang juga butuh biaya. Sampai-sampai, untuk bisa bertahan dan melanjutkan hidup, orang tua Olga mulai menjual perabotan rumahnya satu per satu.

Sebagai anak sulung, beban yang harus ditanggung Olga tentu sangatlah berat. Musibah yang menimpa sang ayah, telah mengubah sikap dan perilaku Olga menjadi semakin dewasa dalam berpikir. Olga yang tadinya banyak menghabiskan waktunya untuk bermain bersama teman-temannya, kemudian lebih memilih untuk langsung pulang ke rumah ketika usai jam pelajaran sekolah. Ia pun lebih memilih untuk membantu usaha sang ibu yang baru dirintis yaitu rumah makan Padang.

Hanya mengandalkan usaha sang ibu yang masih kecil, tentu tidaklah cukup. Olga pun terus berpikir bagaimana caranya agar ia bisa mengubah hidup dan membuat ekonomi keluarganya bangkit kembali. Dalam hati Olga selalu berdoa agar Allah memberikan jalan kepadanya agar bisa membantu meringankan beban kehidupan kedua orang tuanya.

Kendati disibukkan dengan membantu usaha sang ibu, kebiasaan Olga yang suka mampir ke tempat syuting ternyata terus berlanjut. Sebisa mungkin setiap pulang sekolah, Olga berusaha untuk menyempatkan diri mampir ke lokasi syuting, sekadar memuaskan keinginannya melihat aktris dan aktor pujaannya beradu akting di depan kamera.

Berkenalan dengan Dunia Hiburan. Siapa sangka, kebiasaannya nongkrong di lokasi syuting tersebut, membuat Olga menjadi dikenal. Mulai dari kru film sampai dengan para aktris dan aktor yang membintangi film tersebut, mulai mengenal Olga. Tak ayal, Olga pun kerap dijadikan pesuruh oleh beberapa artis yang tengah bermain, seperti membelikan jajanan, minuman, dan rokok. “Ya lumayanlah, selain gue bisa dekat dengan artis tersebut, gue juga bisa dapat tambahan uang saku. Karena dari disuruh-suruh itu, gue mendapatkan tips,” kata Olga dengan logat Betawinya yang kental. Gaya dan banyolan Olga yang sok akrab justru membuat dirinya banyak dikenali.

Seiring dengan berjalannya waktu, kebiasaan Olga nongkrong di lokasi syuting mulai membuahkan hasil. Pada suatu ketika, ia bertemu dengan seorang perempuan bernama Iladot, salah satu anggota kru di tempat syuting yang sering ia tongkrongi. Wanita yang juga terkesan dengan gaya banyolan Olga itu pun membawanya untuk dipertemukan dengan Aditya Gumay, pemimpin sanggar Ananda Theater Kawula Muda Lenong Bocah. Oleh perempuan tersebut, Olga dimasukkan ke sanggar yang berlokasi di kawasan Tebet, Jakarta Selatan.

Sejak tahun 2000, Olga mulai bergabung dengan sanggar tersebut. Selama beberapa tahun bergabung, seminggu sekali Olga berlatih di Senayan. Diakuinya, lewat sanggar tersebut ia banyak sekali mendapatkan pelajaran mendasar tentang berlatih akting yang baik dan tampil berani serta percaya diri. Berangkat dari sanggar tersebut, bakat seninya sedikit demi sedikit mulai terasah. Lama berlatih di sanggar, ternyata belum juga membuat Olga dipercayakan sebuah peran oleh Aditya Gumay. Tentu saja hal ini membuatnya sedikit agak kecewa.

Meski demikian, Olga tidak menyerah. Dan benar saja, ketekunannya dalam berlatih mulai membuahkan hasil. Olga pun mulai dipercayakan sebuah peran kendati peran yang didapatkannya tidak begitu besar. Namun hal tersebut paling tidak bisa mengobati luka dihatinya dan rasa putus asa yang sempat mendera. Hanya ada satu tujuan dalam pikirannya saat itu yaitu menyelamatkan kehidupan keluarganya.

Perjalanan yang harus dilalui Olga menuju kesuksesannya saat ini memang terbilang tidak mudah. Olga harus rela datang jauh-jauh dari rumahnya untuk syuting, dan pulang sampai larut malam, hanya untuk menunggu dapat giliran berperan yang porsinya hanya sedikit. “Kalau gue ingat dulu zamannya merintis, sakitnya minta ampun. Bayangin aja, gue ditelepon disuruh datang ke lokasi syuting. Udah jauh-jauh, gue cuma dapat peran yang hanya melintas di depan kamera. Sudah begitu, nunggunya sampai malam segala lagi. Habis itu, sudah, nggak ada lagi,” papar Olga mengingat jalannya dalam meretas karir.

Meski hanya mendapat bayaran beberapa puluh ribu saja, tidak membuat semangat Olga kendur. Uang hasil honornya itu sedikit demi sedikit disimpan dalam lemari pakaian agar bisa ditabung dan sisanya digunakan untuk uang jajan dan keperluannya sehari-hari.

Kecewa dengan Sang Ayah. Suatu ketika Olga mendapati honor yang selama ini ia simpan di dalam lemari, raib entah kemana. Sang ibu pun tidak tahu siapa yang mengambil uang tersebut. Namun tak lama kemudian sang ayah datang kepadanya dan mengakui kalau dialah yang telah mengambil uang Olga, dan digunakan untuk bermain judi bersama tetangganya. Sang ayah berharap jika menang, uangnya bisa digunakan untuk tambah-tambah biaya hidup keluarga.

Pengakuan sang ayah membuat hati Olga kecewa. Namun Olga tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai anak yang hanya ingin berbakti kepada orang tua, Olga pun akhirnya memaafkan sang ayah. “Gue sadar bokap bersikap seperti itu karena ia sedang menganggur,” ucap Olga. Setelah kejadian itu, sang ayahpun sadar dan terpacu untuk mencari pekerjaan. Berkat ketekunannya, sang ayahpun kini sudah bisa bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik otomotif. Kondisi ekonomi keluarga Olga pun sedikit demi sedikit mulai membaik.

Kendati sang ayah telah mendapatkan pekerjaan, tidak lantas membuat semangat Olga untuk meretas karir, redup begitu saja. Merasa karirnya tidak terlalu berkembang dengan baik di lenong bocah, tahun 2003 Olga pun memutuskan untuk keluar. Namun Olga tetap merasa bahwa kesuksesannya saat ini juga berkat didikan dari Aditya Gumay.

Menjadi Asisten Artis. Dengan sikap penuh percaya diri, Olga kembali menawarkan diri pada beberapa artis yang dikenalnya seperti penyanyi dangdut Rita Sugiarto dan aktor tampan Bertrand Antoline, untuk bisa diajak bergabung bermain sinetron atau pekerjaan apapun yang bisa mendatangkan penghasilan. Kala itu Olga berpikir, kalau tidak bisa bermain film atau sinetron atau acara televisi lainnya, paling tidak ia bisa dijadikan asisten pribadi para artis tersebut.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Setelah menjadi asisten pribadi Rita Sugiarto dan Bertrand Antoline yang kerjanya terbilang sangat ringan yaitu hanya membawakan properti sang artis seperti tas, baju, sepatu, dan kebutuhan syuting lainnya. Olga pun menjadi sering diajak bepergian ke luar kota. Wawasan dan jaringan Olga dalam industri dunia hiburan pun kian hari kian bertambah.

Hingga akhirnya pada satu waktu, untuk pertama kalinya Olga mendapatkan tawaran untuk bermain dalam satu sinetron Senandung Masa Puber tahun 2004.

Ketekunan Olga dan sikapnya yang gampang akrab dengan orang lain lambat laun berbuah manis. Dengan bermodalkan kemampuan akting yang pernah diperolehnya ketika ikut bergabung dalam sanggar Ananda Theater Kawula Muda Lenong Bocah, ditambah lagi dengan pembawaan dan gaya banyolan yang tidak mengenal malu membuat Olga semakin banyak disenangi. Sejak bermain di dalam sinetron tersebut, tawaran bermain peran pun mulai mengalir. Sebut saja, Kawin Gantung dan Si Yoyo. Belum lagi tawaran untuk menjadi presenter seperti acara Ngidam di SCTV yang berpasangan dengan Jeremy Thomas. Buruan Cium Gue dan disusul dengan Extravanganza ABG di tahun 2006 yang semakin melejitkan namanya.

Sejauh ini Olga menilai kemampuannya berbicara di depan orang banyak didapatkannya secara otodidak. Sedangkan ciri khasnya yang kocak sudah menjadi pembawaannya sejak kecil. Sifatnya yang konyol dan cuek itu ternyata terbawa sampai hampir ke seluruh kehidupannya. Yang jelas, setelah mapan, tak sedikitpun ada yang berubah dari pribadi Olga. Kini keinginannya untuk membantu perekonomian keluarga sudahlah dapat terealisasikan, sehingga kapanpun keluarganya membutuhkan uang, maka sesegera mungkin Olga akan memberikannya. Meski untuk itu, ia harus rela tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi karena keburu disibukkan oleh aktivitasnya di dunia hiburan. Gilbert


Menyisihkan Penghasilan untuk Anak Yatim

Sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, tentunya Olga mempunyai tanggung jawab yang besar untuk kedua orang tua dan keenam adiknya yang masih bersekolah. Bagi Olga, tiada yang paling membahagiakan dalam hidupnya selain bisa membantu keluarga dan membuat kedua orang tuanya tersenyum bahagia. “Gue percaya kalau kita sering bantu keluarga, maka rezeki kita pun pasti lancar. Lagian gue bisa begini juga karena gue percaya semua berkat doa dari orang tua juga," tegas Olga.

Olga pun berjanji sebisa mungkin untuk menjadi orang yang berguna, bukan hanya dalam lingkungan keluarga, tetapi juga di lingkungan teman-temannya dan komunitasnya. Dimana dirinya berada, maka disitu Olga berharap agar selalu bisa berbagi rezeki dan kebahagiaan pada orang sekitarnya. Sebagai bentuk nyata wujud syukurnya pada sang Pencipta, tak lupa Olga selalu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk diamalkan pada anak-anak yatim piatu dan disumbangkan ke masjid. Selain itu, dalam setiap kesempatan, Olga pun selalu berusaha untuk mengucap syukur sekaligus berdzikir dalam hati.

Meski dengan alasan kesibukan, Olga pun berjanji sebisa mungkin akan menyempurnakan ibadahnya. Bahkan Olga berencana untuk memberangkatkan kedua orang tuanya ibadah haji. Gilbert


Ingin Membelikan Rumah Keluarga di Kawasan Bebas Banjir

Seperti kebanyakan manusia lainnya yang tak pernah merasa puas atas apa yang telah didapatkan, demikian pula halnya dengan Olga. Setelah sukses dan berhasil mengumpulkan pundi-pundi uang, masih ada satu cita-cita dan obsesinya yaitu ingin membelikan rumah yang lebih layak untuk digunakan oleh keluarga besarnya. ”Ini janji gue dalam hati sejak awal. Kelak kalau gue diberikan rezeki, gue akan membelikan rumah yang lebih layak dan bebas dari banjir buat keluarga gue,” tekad Olga.

Olga yang saat ini masih tinggal bersama keluarganya di kawasan Cipinang, telah memiliki sebuah Mobil Suzuki Aerio Hitam untuk menunjang aktivitasnya yang sangat padat. Sang ibu pun masih berkutat dengan usaha rumah makan padangnya.

Olga sendiri berharap agar keberadaannya dalam industri hiburan, bukan hanya untuk mencari dan mengumpulkan nilai materi semata, tetapi lebih kepada bagaimana agar dirinya bisa berguna dan bisa menghibur banyak orang. “Buat gue pribadi, bisa menghibur dan menyenangkan orang itu merupakan sebagian daripada amal,” ungkapnya dengan bijak. Gilbert

Tidak ada komentar: